Hmm. . .Nama ku Susi
Rahmadini. Aku anak kedua dari 2 saudara 1 ayah dan 1 ibu. Aku punya 1 adik
dari 1 ayah beda ibu. Aku juga seorang mahasiswi Fakultas Teknik Sipil
Universitas Palangkaraya baru semester 3. Xixixixixi . . Apa yang istimewa dari
ku ?? ku fikir gak ada. Aku memiliki Alhamdulillah otak yang lumayan tapi gak
pintar banget, aku gak kaya dan bahkan hanya dari keluarga yang sederhana.
Kehidupanku ?? hmm. . biasa aja, sama dengan kebanyakan orang yang lainnya. Aku
memiliki keluarga yang sempurna bagi hidupku dan aku memiliki sahabat yang
peduli padaku. Terlepas dari semua itu, yang paling ku banggakan adalah aku
terlahir sebagai seorang Muslimah. Aku terlahir sebagai salah satu pemeluk
agama yang terindah di dunia, ISLAM.
Meskipun bukan orang yang
benar – benar ‘alim’ tapi aku berusaha menjalani kehidupan beragamaku dengan
baik, salah satunya kewajiban berhijab. Terlahir sebagai seorang perempuan dan
sebagai pemeluk Agaman Islam, secara langsung akan membuatku memahami
kewajibanku untuk menutup aurat dan berjilbab. Alhamdulillah aku terlahir di
lingkungan keluarga yang memegang teguh keyakinan meskipun bukan keluarga yang
begitu taat dan fanatic dalm beragama. tapi setidaknya sedari kecil aku di
ajarkan dan di jelaskan tentang kewajiban ku mengenakan jilbab dan menutup
aurat. Keluarga ku bukan keluarga yang memaksakan kehendak dalam menentukan
pilihan. Meskipun berjilbab adalah kewajiban dan keharusan yang harus ku jalani
sebagai konsekuensi sebagai perempuan Islam, tetapi Ayahku tidak pernah
memaksakan tentang hal itu. Ayahku adalah seorang laki – laki yang bijaksana
dalam mendidik aku dan kakakku.
Ayahku selalu berkata,
jilbab adalah sebuah keharusan dan menutup aurat adalah kewajiban, tetapi
memahami makna dari keharusan dan kewajiban itu adalah hal terpenting yang
tidak bisa kita lupakan begitu saja. Meskipun aku tidak mengenakan jilbab dari
kecil, tetapi makna jilbab telah diajarkan kepada ku sejak kecil.
Hmm. . . ketika kecil keinginan ku mengenakan jilbab
hanya sebatas keinginan ikut-ikutan saja. Ketika ada perempuan berjilbab lewat
didepan rumah, aku terpesona dengan ‘Magic’ yang tercipta dari auranya. Berawal
dari itu, iseng – iseng aku mulai tergugah mengenakan jilbab. Hehehe meskipun
jilbab yang ku kenakan hanya jilbab pendek yang sering disebut ‘kerudung’ yang
sering ku kenakan hanya ingin berangkat mengaji saja. Hehehe . . berawal dari keterbiasaan itu. Lambat laun
keinginan mengenakan jilbab bertambah besar. Ketika aku lulus SD, terpatri
keinginan yang besar bahwa mulai saar itu aku ingin mengenakan jilbab dengan
lebih baik lagi. Keinginan itu ku sampaikan kepada ayah, aku mengajukan
keinginan untuk bisa menuntut ilmu ke jenjang SMP yang bisa mengenakan jilbab.
Ketika mulai masuk SMP,
sejak itu lah aku berkomitmen mengenakan jilbab. Meskipun bukan secara utuh
setidaknya 50 % bisa di jalani dengan baik. Berbagai tantangan dan cobaan ku
lalui sebagai anak remaja labil yang masih ingin hura – hura tetapi juga kuat
dengan komitmen ‘menjaga diri’ dengan jilbab. Acapkali keinginan mengebu – gebu
seperti remaja lain yang sebebas – bebasnya menggeraikan rambutnya dan
membiarkan angin mengenai rambut indahnya. Sebagai remaja labil, terkadang ada
keinginan di hati untuk melepas jilbab ini dan berjalan lenggak – lenggok ‘terbuka’.
Tetapi Alhamdulillah, sekali lagi aku memiliki keluarga yang begitu sempurna
bagi hidupku. Selain memiliki seorang ayah yang luar biasa, Aku juga memiliki
seorang kakak yang seperti ‘saringan’, sigap siaga menyaring pergaulan ku. Saat
imanku lemah dan bimbang, kakakku hadir, sebagai utusan Allah untuk
menyadarkanku betapa meruginya aku jika harus melepas jilbabku hanya demi
kepuasan dan kebahagiaan masa muda ku yang sesaat. Kakakku selalu mengingatkan
bahwa jika aku ingin menikmati masa remaja ku dengan cemerlang dan bahagia,
bukan dengan asik – asik bergaul tanpa arah dan tujuan. Jika tidak ingin
menyesal ketika dewasa, aku harus bijak memilih dan memilah akan seperti apa
masa remaja yang ku lalui. Apakah di masa itu aku tidak pernah ‘nakal’ ?? hmmm
hehehe, jawabannya sering. Sebagi seorang remaja labil, sangat lah wajar jika
pernah nakal dan iseng – iseng. Bergaul dengan banyak teman membuatku agak
sedikit nakal. Tapi, lagi – lagi kenakalan itu seperti tersaring kea rah nakal
yang positif. Nakal yang sebagaimana nakalnya anak remaja. Masih dalam batas
wajar dan keisengan remaja biasa. xixixixixi
Semenjak masuk SMA, aku
semakin menyakinkan diri bahwa Jilbab adalah identitasku. Jilbab bukan sekedar
suatu keharusan dan kewajiban tanpa makna lagi dalam hidupku. Jilbab bukan lagi
sekedar kain penutup kepala yang tanpa arti. Jilbab bukan lagi sekedar hal
biasa bagi diriku. Tetapi sejak itu, jilbab bagiku menjelma menjadi hal yang
luar bisa. Jilbab berubah menjadi busana wajib jika ingin keluar rumah yang
mana aku akan merasa malu dan aneh jika tidak mengenakannya. Jilbab berubah
menjadi ‘saringan’ untukku yang akan secara alami menyaring pergaulanku,
persahabatanku, ego ku , dan menyaring orang – orang terdekatku. Saat ini
Alhamdulillah aku istiqomah mengenakan jilbab selama kureang lebih 9 tahun. Akan terus ku
tingkatkan demi perbaikan diri.
Selama masa SD sampai SMA,
perjalanan hidupku sebagai seorang perempuan yang memegah teguh jilbab tidak
terlalu melewati masa – masa yang terlalu sulit. Tetapi kini, aku sebagai
seorang mahasiswi teknik sipil yang dimana kaum perempuan adalah kaum minoritas
dalam pergaulan sehari – hari. Orientasi kegiatanku sebagai seorang mahasiswa
akan sangat bergantung kepada mahasiswa lainnya, hal itu membuatku agak sedikit
‘trouble’ menjalani kehidupanku sebagai seorang perempuan berjilbab. Tetapi
itulah tantangannya, ujian yang di berikan Allah untuk menguji seberapa
teguhnya aku dengan komitmen jilbab yang ku pakai.
Tulisan – tulisan
selanjutnya akan banyak menceritakan suka dukanya kehidupanku sebagai seorang
perempuan berjilbab yang sekaligus menjadi mahasiswa Teknik yang pergaulannya
agak bebas. Interaksi antara lawan jenis akan sering ku lakukan demi menjalani
kewajibannku sebgaia Mahasiswa.
Tetapi 1 hal yang ku
percaya. . .
Jilbab bukan pembatas
pergaulanku.
Jilbab bukan pembatas karier
ku.
Jilbab bukan pembatas
kesuksesanku.
Jilbab bukan pembatas
interaksi antara lawan jenis dalam kehidupannku.
Bahkan sebaliknya, jilbab
banyak memberikan kemudahan dalam hidup ku. .
Tungggguuuuuuuuuuuuuu
ceritaaaaaaaaaa selanjut nyaaaaaa. . .
0 komentar:
Posting Komentar